Mengenal Sastra Lisan di Era Digital Warisan Yang Tetap Relevan

Mengenal Sastra Lisan di Era Digital Warisan Yang Tetap Relevan – Di Indonesia, sastra lisan sudah ada sejak periode sebelum kemerdekaan. Sastra lisan tentunya sangat berkaitan dengan sejarah sastra. Karena, sastra lisan merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat pada periode sebelum kemerdekaan. Sastra lisan digunakan sebagai media penyampaian pesan masyarakat pada masa itu.

Perjalanan Sejarah Sastra Lisan Dan Seni

Sedangkan masyarakat sekarang beranggapan bahwa sastra lisan digunakan hanya dalam bentuk tuturan atau ucapan saja. Tetapi sebenarnya sastra lisan juga berbentuk sastra dan seni.

Tujuan dari penulisan artikel yang berjudul “Mengenal Sastra Lisan di Era Sekarang” adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat terutama yang membaca artikel ini. Mungkin sebagian masyarakat baru mengetahui sastra lisan, tetapi sebenarnya sastra lisan itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

Penulisan artikel ini juga bermanfaat bagi masyarakat, khususnya yang membaca artikel ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Lalu, apa saja yang termasuk sastra lisan?

Pada zaman dahulu, masyarakat belum mengenal tulisan sehingga sastra lisan dianggap sebagai bentuk awal kesusastraan yang berkembang dari waktu ke waktu. Berbeda dengan zaman sekarang, masyarakat lebih mengetahui sastra dalam bentuk digital saja. Karena memang zaman dan teknologi yang sudah berkembang pesat.

Tetapi sebagai masyarakat, kita juga harus mengenal apa saja sastra yang sudah pernah ada sebelumnya, salah satunya seperti sastra lisan. Sebab, tidak akan ada sastra digital jika sebelumnya tidak ada sastra lisan.

Sastra lisan terdiri dari pantun, sajak atau puisi, legenda, mitos, dongeng, dan lainnya. Pantun termasuk salah satu sastra lisan yang sudah mulai dilupakan. Pantun biasanya dilakukan oleh masyarakat daerah Minangkabau dalam acara-acara resmi. Masyarakat Minangkabau termasuk masyarakat yang pintar berbalas pantun, sehingga bisa membantu melestarikan sastra lisan.

Sama halnya dengan legenda, mitos, dan dongeng yang saat ini juga sudah mulai dilupakan. Berbeda dengan puisi, saat ini masih digunakan walaupun tidak terlalu sering. Misalnya dalam mengungkapkan sebuah perasaan kepada seseorang, biasanya menggunakan puisi.

Contoh sastra lisan yang kita kenal, yaitu cerita Malin Kundang. Malin Kundang termasuk cerita rakyat yang bergenre legenda. Cerita ini berasal dari Sumatra Barat, yang menceritakan tentang seorang anak yang durhaka terhadap Ibunya dan dikutuk menjadi batu. Cerita ini diambil berdasarkan peristiwa yang terjadi pada saat itu.

Peran Sastra Lisan Sebagai Media Penuturan Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Cerita legenda Malin Kundang ini juga pernah dijadikan drama dan sinetron, di dalamnya terdapat pesan moral yang disampaikan dari cerita tersebut. Saat ini, cerita legenda Malin Kundang hanya dapat dijadikan sejarah dan diketahui oleh masyarakat.

Dengan demikian, dari uraian singkat di atas yaitu sastra lisan sebagai media penuturan yang mengandung gagasan-gagasan dari masyarakat pada masa itu. Gagasan-gagasan tersebut menjadi sumber cerita yang disampaikan dalam bentuk lisan. Dalam kehidupan sehari-hari, sastra lisan biasanya dituturkan seseorang untuk berkomunikasi secara langsung. Tanpa harus memakai perantara seperti kertas, handphone, dan lainnya.

Sastra lisan juga merupakan kebiasaan masyarakat pada zaman dahulu yang disebarluaskan secara turun-temurun dari mulut ke mulut, di dalamnya terdapat pesan-pesan moral yang disampaikan. Walaupun demikian, sastra lisan ini harus sesuai dengan fakta, agar sastra lisan ini menjadi sebuah sejarah yang dapat dikenang dan dapat diketahui oleh masyarakat di era sekarang.

Kesimpulan Menarik Dari Sastra Lisan Di Tengah Era Digital

Sastra lisan, yang meliputi cerita rakyat, legenda, dan puisi tradisional, tetap relevan meskipun berada di tengah era digital. Meskipun teknologi modern telah mengubah cara kita mengakses dan berbagi informasi, sastra lisan masih memiliki daya tarik kuat, terutama dalam melestarikan budaya, identitas, dan nilai-nilai lokal. Di era sekarang, sastra lisan beradaptasi dengan berbagai format baru seperti podcast, video, dan media sosial, yang membuatnya lebih mudah diakses oleh generasi muda.

Sastra lisan memainkan peran penting dalam mempererat hubungan antar komunitas, menyampaikan pesan moral, serta merayakan warisan budaya. Selain itu, ia juga membuka peluang bagi pengembangan kreativitas dalam menggabungkan unsur tradisional dengan elemen modern. Dalam konteks ini, sastra lisan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang seiring dengan perubahan zaman, memberikan kontribusi yang terus relevan terhadap identitas budaya global.

Pada akhirnya, mengenal dan menjaga sastra lisan di era sekarang adalah bentuk penghargaan terhadap kebudayaan dan alat penting dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top